Patriarkhi, Apa dan Bagaimana (Transkrip Seminar Buku Teorisasi Patriarki)

11.40

https://www.enjoygram.com/assalafi94

Berikut ini adalah transkrip seminar buku Teorisasi Patriarki. Seminar ini diselenggarakan pada Selasa, 30 Desember 2014, jam: 13.00-16.00 WIB di UIN Sunan Kalijaga. Hadir sebagai pembicara dalam forum ini adalah Dr. Phill. Dewi Candraningrum, M.Ed (Pimred Jurnal Perempuan) dan 2.      Dr. Siti Ruhaini Dzuhayatin, M.A (Komisiner HAM OKI). Tampil sebagai moderator adalah Nur Imroaatus S, M.Hum (Penerbit Jalasutra)

Transkrip ini diunduh dan disalin-rekat secara verbatim dengan hanya sedikit penyesuaian dari sini.


Nur                  :           selamat siang, assalammualaikum wr wb.. okay, sembari kita menunggu registrasi yang masih jalan kita lanjut aja ya. apa semua sudah menperan-peran bukunya? (beluuum..), oh berarti masih ada kendala registrasi ya hehee.. tapi nanti bisa diurus didepan kok setelah ini. Oke kita anjut yaa..

Tadi kita sudah berdiskusi megenai male order dengan sangat luar biasa,  bagaimana sosok maskulin dan feminine serta bentuk-bentuknya peran-peran menjadi tantangan atau hambatan bagi gerakan perempuan. Nah siang ini kita kembali melanjutkan dan kami berharap teman-teman di forum bisa sharing pengalaman, karena ada engalamna unik di Indonesia menganai gerakana perempuan, itu kenapa juga Jalasutra menerbitkan buku ini supaya bisa memprovokasi. Misal ras kulit hitam dan kulit putih mungkin tidak mencolok tapi maskulin papua dan jawa itu berbeda, isu perburuhan dll. Bnyak isu yang tman2 alami terkait tantangan dalam isu gender. Hari ini kita akan spesifik lagi ke d lm patriarki, ini semacam hantu bg gerakan perempuan, dikit2 patriarki, sama halnya seperti didkit2 yahudi didikit2 kapitalis. Bahwa bagaimana, apa dan seperti apa antara jenis kelamin, laki-laki, maskulin, system patiarki, itu ada beberapa hl yang perlu kita kuak bersama. Kita akan membicarakan hal-hal yang selama ini dekat dengan gerakan perempuan. Nah, 2 pembicara kita akan membantu memeaparkan perspektif dr buku ini supaya jadi analisa untuk temen2 gerakan dalam aktivismenya.

Disamping kanan saya ada bu siti ruhainia, lahir di Blora, sekarang menjadi komisisoner OKI di Jedah, dulu S3 nya di Monash, sempat juga menjadi ketua SW UIN dan sekarang menjadi dosen di UIN dan beberapa kampus negeri lainnya. Motto hidupnya adalah intellectualism and activism. Yang cantik disebelah kiri saya ini mbak Dewi Candraningrum, beliau lahir di Boyolali 12 Sept 1975, S1 di UMS, S2 dan S3 di Jerman, beliau adalah pelukis dan aktivis tapi jabatan terakhirnya yang paling populer yaitu sebagai kepala Jurnal Perempuan. Motto hidupnya adalah paintings are my life.

Sebelum memulai diskusi, saya akan memberi gambaran, buku ini sebenarnya bukan sekedar menjelaskan apa itu patriarki tapi jg memberikan pemaparan jejak2 perkembanagannya (patriarki). Patriarki itu kalau dibuat semacam bentuk itu kan adaptif sekali dan peran-peran dibentuk dalam berbagai hal, maka Walby saking tidak ingin melepas jejak-jejak patriarki itu, ia membuat berbagai macam kajian dari segala bidang dimana patriari bisa bercokol, mulai dari pekerjaan upah, produksi rumah tangga, budaya, seksualitas, kekerasan, isu politik dan Negara dan bagaimana perubahannya dari privat ke publik, harapannya dia memberikan ruang-ruang dimana kita peran-peran mengenali bentuk-bentuk patriarki itu sehingga kita tidak mudah dimanipulasi olehnya. Bagaimana Subordinasi perempuan dilaksanakan dalam masyarakat, bagaimana ia dilakukan akrena patriarki ini terkait dengan energy mensubordinasi perempuan. Bagaimana kt bs meangetahui pereubahannya dalam realasi gender, dan bentuk2 abru-barun nya, misalnya apakah LLB apakah itu benar-benar baru lahir dr rahim feminisme atau hnya topeng patriarki?

Oke, mungkin mbak Dewi sudah lebih siap ya.. ohya teman-teman mungkin sudah memegang makalahnya ya.. monggo mbak Dewi.

Dewi              : Selamat siang, assalammualaikum wr wb. Halo teman-teman semua.. maaf  tadi pagi saya tidak bisa hadir, karena hal personal. Oke kita mau bicara tentang patriarki ya.. Saya sangat bahagia karena kita duduk disini, dan ini sesungguhnya sebuah kenduri, karena duduk anda dan duduk saya itu sama, dan apapun yang saya tulis dia boleh salah, beagitupun dengan yang saya ucapakna boleh tidak tepat.

Saya nulis cukup ngebut, bersamaan dengan itu saya jg membikin sketch, jadi ada suatu perkembangan yang cukup indah dr patriarki. Kalau kita bertemu dengan teman-teman gerakan perempuan kalau ditanya patriarki itu sungguh sangat membosankan untuk didiskusikan, tapi jika kita perhatikan kita mengalami itu setiap hari ahnya untuk menyebutnya berulang kali adalah sesuatu yang membosankan. Seringkali dari hollywood sampai TV daerah pertanyaannya apakah penting menyandang diri sebagai feminis atau tidak feminis? Apakah penting menyalahkan segalanay sebagai patriarki atau tdak patriarki? karena sy bosan saya jawabnya anda bosa melakukan semuanya demi sebuah keadilan dengan tidak menyandang apapun, tidak memaki2 patriarki, jadi setiap waktu kita bisa memaki-maki dia tapi ada waktu dimana kita memuasakan diri untuk itu. Ada berbagai term, pembahasaan, model, bentuk, model, struktur, yang itu dituangkan di dalam diskursus dan itu tidak beragam, dan kita boleh saling tidak bersetuju, jadi setiap org boleh berbicara gerakan perempuan itu berbeda. Maka di halaman pertama tulisan saya bahwa  Walby menyebutkan seseorang yang berjuang demi kesetaraan gender ialah feminis meskipun dia menyebutkan ia feminis atau tidak karena seperti yang kita lihat seperti majalah femina mendiskusiakan tentang terminology. Ditanya lagi bagaimana dengan kajian gender dan wanita? Bagaimana filsafat feminisme? itu hanyalah persoalan diksi, ya femminisme itu tua, sementara gender lbh kontemporer daripada femisnisme, dan feminisme juga ada banyak gelombangnya, apa gelombang itu menandai satu waktu yang mati? tidak. Walby megatakan di bukunya yang didukung Karin hooven dan dibukunya di tahun the future of feminism 2012, jadi bagi dia gelombang2 dalam feminisme adalh sifatnya sbgai ruang2 antara jadi dia tidak membekukan, karena bisa jadi apa2 yang diperjuangkan di pertama itu belum ada, misal kt bicara suffrage, mungkin di Indonesianesia sudah ada tapi di bagian egara lain itu belum ada sebagai sebuah gerakan. Merujuk di paragraph 2, nancy hyue menulis tentang periodesasi feminis, menurutnya waktu tidak kering, no permanent wave, buku ini merubah paradigm dr atomisasi gerakan perempuan, atomisasi adalah satu entitas sendiri, itu dikritik karena sifatnya sendiri sbg gelombang. Walby juga menjelaskan, Ini penting karena menyegarkan kt kembali karena patriarki msh sangat perkasa, dan kesadaran patriarki semakin besar bg saya ketika saya bergelut dengan data sbgai pimred di jurnal perempuan. Data pemilu kekerasan, sesual, perburuhan. Ketika saya berhadapan dengan fakta keras tsb, itu terulang bahwa fakta itu tergenderkan, bahwaasannya patriarki yang kita sebut di abad perang dunia yang kita ttentang dulu msh perkasa saat ini, misalnya marcle mengusulkan 10-12% premouan emnduduki CEO di Eropa itu tidak tercapai, dan juga professor perempuan di universitas tidak ada 0.5 %. Patriarki amat tampan dan menawan, karena ketika kt berbicara patriarki itu menjadi semcam way of life, bahkan dalam diri saya, jadi kita bukan membicarakan tentang musuh yang jauh dan jahat ketika membicarakan patriarki, tapi kita bicara tentang diri kita

sendiri, maka di akhri tulisan temen2 akan tahu bahwa perjuangan yang paling berat dari melawan kesewenang-wenangan adalah mengatakan ‘tidak’ atau melakukan resistensi pada kosmologi kita sendiri. Karena patriarki itu jika dilacak berasal dr kosmologi. patriarki: father: ayah, archy: rule, otoritas, aturan, hasrat, kehendak, legitimasi, order itu ada ditangan ayah.. apa itu salah? Salah atau todaknya harus melihat konteks. Walby juga sudah membuat 6 peta lokasi patriarki yang ia sebut sebagai  6 struktur dasar, diantaranya:

1.      Dalam ruang pekerjaan (kapitalisme)
2.      Dalam rumah, yaitu pembagian kerja domestic.
3.      Dalam budaya.
4.      Di dalam pernikahan (tapi dia membahasakannya hub hetero sex sebagai patriarki).
5.      Dalam kekerasan
6.      Dalam negara.

Kalau kita berbicara nusantara atau Indonesianesia adalah dua hal yang berbeda, kalau berbicara dengan ronggeng dan prostisusi itu jg berbbeda, dalam ronggeng aktivitas seksual itu suci, dalam prostitusi itu sesuatu yang dihina. Inilah yang diprotes oleh Simone de Beauvoir yaitu mengenai segmentasi identitas perempuan karena itu mengerikan. Misalnya saya disini mengeluarkan payudara dan menyusui bayisaya, payudara memeiliki mana apa disitu? ada kosakata ibu disitu, dan perempuan muda yang menggiurkan misalnya, coba ketikkan di gugel janda atau gadis ABG, keluarnya apa.. disitu ada makna menggairahkan dan hasrat padahal tidak melulu perihal hasrat,  tapi perempuan muda boleh tidak memiliki hasrat. Ini yang dikritik. de buffler. Seorang “Ibu” memiliki makna seolah2 selalu benar padahal bisa jadi dia juga salah, Ini yang disebut Julia kristeva sbgai perkosaan bahasa, semiotika. Nah sbelum kita menggagas kode ketaksetaraan itu kita aja sudah pakai alat yang salah. kosakata “ibu” kosakata yang benar dan tidak boleh salah maka benar kalau di media itu ibu tidak boleh salah, mothers day misalnya, tapi “pecun” kosakata yang salah. Padahal bisa ajadi seorang pecun memelihara anak-anaknya apakah kosakata seperti itu ada di gender lain, ini yang disebut faucoult sebgai disiplin, performa2 ini kemudia didisiplinkan. Jadi, kita itu sebagai perempuan sudah disuguhi, kotak mana yang kita pilih. Dalam tulisan ini saya sebutkan bahwa seksulitas bg perempuan adalah harga diri. Misalnya mitor keperawanan, misalnya tes keperawaanan. Tetapi bagi laki-laki seksualitas adalah medan keakuasaan, alat permainan. Walby mendiskripsaikan bagaimana wajah patriarki mengalami evolusi dr rumah ke luar n secara bertahap dengan muka yang berbeda. Ada disebuah seminar di salihara saya mendengar pembicara mengemukakan intinya bahwa Perempuan diamana saja mau dia dr jepara pindah ke Saudi Arabia atau lain-lain ttapi saja dia mengalami diskriminasi, jadi research da itu dia sebut transnational family. Jadi mau pak gadenganet apa saja, mau dia seorang rector dia belum terpiahkan pada system yag terstruktuitu. Ini dituliskan oleh Walby, dia menyebutkan bahwa berdasarkan risetnya di inggris, bagaimanapun perempuan mndpt akses besar di ruang publik tetapi perempuan yang sudah dalam puncak posisi itu mshttapi diskirminasi, fakta kontemporernya misalnya: kebijakan yang buata gender, single mom, perempuan yang sendiri diperolok, janda diperolok, jadi sejauh apapun dia menperan-peran pendidikan dia tetap mnjadi sesuatu yang mudah mjadi perolok. Di tahun bukunya gender transformation, ia menguraikan  patriarki dirubah wajahnya dan dopercepat dengan globalisasi. Contoh di jawa, kebetulan di Solo ada problem besar yaitu kasus trafficking oleh raja solo. Di tahun 2012 si terduga ditangkap bersama anak sia 12 dan 14 tahun, jika kita alcak secara historis mitosnya kalau bersama anak perawan bertambah sakti si ABCD... dan itu dipercepat dengan globaisasi. Dari globalisasi memeprcepat proses2 tsb. Jadi patriarki itu mau seperti larva, pohon, mau ditebang pakai apapun dia masih tetap perkasa,  patriarki tetapi tampan dan ada, dan promotornya tidak hny laki-laki tapi juga perempuan. Utungnya kita bisa membebaskan anak-anak ini dari 3 mucikari perempuan. Bayangkan kita ibu melawan ibu, yang mengkalim itu adalah anak-anaknya, emngklaim dia memperjuangkan anaknya dan si terduga hamper tidak terlihat, seperti juga dalam poligami, isri bertengkar degan istri2 lain, padahal tidak terlihat siapa yang berkuasa sebenarnya yang berkuasa tidak terlihat. Ini saya tulis di halm 3. Saya beri judul kekuasaan ata. Di atas kekuasaan atas, saya membahasa bahwaasannya perempuan jg manusia, kadang2 dia jg salah, tidak ada manusia atau ibu super, karena glorifikasi itu jg berbahaya, memuji perempuan mudah begitupun menghinanya.

Halaman berikutnya, Seksualitas sbgai dekadensi. Kt tidak bs berdiskusi patriarki tnpa mnytuh tentang seksualitas. Seksualitas seolah2 identik dengan kelamin, pdhal kalau kita lacak lebih jauh dengan teorisasinya sesungguhnya seksualitas sesuatu yang berkaitan dengan hasrat dan alat kelamin bs mnjadii satu2nya alat terakhir yang dipakai utk mengekspresikan hasrat karena seksualitas itu terakait dengan ide-ide narsisme, Ini menurut julia kristeva dalam In The Beginning Was Love, menurut saya dia sangat brilian dan “nakal” karena dia melawan tafsir patriarki atas Bible, Bible itu kan In The Beging Was Word. nah Kristeva karena spesialisasinya linguistic, menurutnya melalui linguistic itualh penjajahan dan ketakadilan itu datang, makanya judul bukunya ia melawan bukunya on the beginning of was love ia melawan tanpa menyinggung siapapun, perlawanan yang sangat indah. Nah ini mengembalikan kekuasaan laki-laki, yusuf kala ign mengurangi dua jam kerja perempuan, itu yang terdiskriminasi pertama ada;ah laki-laki. agar apa? Supaya lprempuan ada wktu utk mengasuh anak-anak, jangan salah disini lk2 didiskriminasi. Maka yang disebut ketidakadilan dalam system ini (patriarki), saya ingin emngatakan patriarki mmberikan privilege trlalu besar utk laki-laki, dan ini bahaya baik bagi perempuan dan laki-laki karenalk2 dikebir, kemampuan utk mengasuh, kasih, indah, sayang jg dikebiri dn beitupun prmpuan, adi sistem apapun yang meletakkan keistimewaan pd salh satu gender maka kerugiannya pd kedua2nya. Seks adl perihal aktualisasi dan ekspresi, bahkan jika melihat catatan di komnas: perkosaan paling kecil trjadi pd bayi 9 bulan (komnas ham), jadi perkosaan, seks bukan soal seksualitas? Bukan, tetapi perihal kekuasaan. Perkosaan tidak melulu pada siapap yang memaki rok mini tapi juga yang berjilbab.

Mari kita menuju ke halaman 5, tubuh yang dijinakkan. Saya meminjam fucoult ya, ia mnyebutkan eksistensi perempuan dan minoritas perempuan itu sbgai dosil bagi tubuh yang dijinakkan lalu didisiplinkan atas nama peradaban. dn menguasai subyetivitas dan dia dibekukan kepada peran-peran yang maskulin dn feminine. Sy prnh ditanya kenapa iklan memanjakan perepuan? Benarkah? Stlh kt kihat satu2 iklan tsb mereka sdengan tidak emmanjakan tapi menciptakan kebutuhan kepada kt (misal: harus putih dll), memberikan kt versi terhadap idelitas (seperti: cantik), oleh fucoult disebut rereproduksi. Operasi normalisasi tubuh ini, foucoult sebut sebagai usaha pendisiplinan, foucoult memang sangat pesimis soal tubuh karenaa ia di Eropa, dan disana seks itu sesuatu yang dianalisis berbeda dengan india sesuatu yang dialami. Maka dalam kuliahnya mngatakan bagaimana negara dengan politiknya , kesehata reproduksi, penjara kontrasepsis adalah bentuk pendisiplinan manusia.

Di halaman tujuh, saya mmberi judul memeriksa diri. Saya pikir temen-temen sudah cukup tau dan pernah melakaukan kerja-kerja perlawaan di lapangan baik secara realitas atau diskursus. Setidaknya dalam resistensi ada kesiapan menolak yang seharusnya kita menjadi, yaitu yang memecah belah seluruh hasrat ekspresi perempuan yang semanuisaa2nya. Jadi jika Ibu tidak sempurna itu boleh.. pelacur baik juga bisa.. bukan menjadikan dirinya melulu malaikat atau kuntilanak. Ciri resistensi, yaitu melakukan penolakan yang stabil, menurut buttler, identitas itu seuatu yang menjadi bukan sesuatu yang mati, yaitu norm bukan kata benda. Misalnya sekarang tahun 2014, diatahun 2010 sy akan berkata berbeda dengan diri saya tentang diri saya karena sy mengalami perjalanan dn perpindahan kapasitas, padahal kita tidak menyangka itu, dn dtiap teman-teman memiliki proses to become sesuai apa yang diminum, siapa dijumpai, siapa dicintai, siapa yang dimusuhi, apa-apa yang dibaca, sesuai dengan pendidikannya.. identitas proses menjadi, begitupun perempuan. Klaim dari kategori prempuan kemudian akn masuk dalam tindakan politik dengan cara tidak eksklusif, itu yang dikritik gerakan2 feminis terakhir sebagai esensialisme, kristeva menyebut sebagai strategis esensialisme, dalam tulisannya dia menuliskan salah satunya yaitu apakah orang-orang tertindas itu bisa bicara? diakhir tulisannya si perempuan gantung diri, jadi bs bicara tidak? Pd jaman itu sapi itu dilarang? Lalu dia ngotot aku ingin sapi, di akhir tulisannya si wanita in the beginning gantung diri karena larangan itu, apakah kematian adalah suatu statemen? Jawab sendiri.. ehhehe

Dus, kategori jg membantu memahami realitas, tapi ia adalah reduksi hebat dari realitas itu. Misalnnya temen manado ign mndirikan LGBT IQ, kalau di solo pake kata kalitako, kan ideologi perjuangan dpt dalam bentuk re-statement, re-frame (bahasanya diungkapkan dengan cara lain), atau mengadopsi bahasa local. Maka mana yang benar? Ya lihat tanahnya, lihat airnya, iklimnya dmna ia tinggal, lihat kondisi bagaimana disana karena ada daerah yang peran-peran menerima ada yang tidak jadi variasi ideologi gerakan bs mcam2. Buttler mengklaim bahwa identitas politik feinis adlah subyek feminis yang mengandaikan perbaikan pada sesuatu yang brujung pd pembebasan.  Walby menandainya dengan dua kata kunci to become and to liberat, yang oleh Julia kristeva disebut linguistic rape. Trus kalau gak boleh pake lagibt iq, gender ketiga, dll? Pakai saja yang cocok dan dimaknai secra sama. Misalnya wanita dijauhi oelh kelompok perempuan tapi ‘dia’ sebagai kata-kata idak salah, tidak misal anda melukis atau menulis dengan kata-kata wanita, maka kata-kata wanita yang dulu dikebiri soeharto dalam dharma wanita itu akan mengganti diksi perempuan, nah siapa dibalik kekuasaan itu? Ya kita sendiri. Jadi, kita memiliki kapasitas untuk menjadikan kata-kata itu utk mnjadi to become and to liberate.

Butler menyebutkan segala sesuatau adalah serba mungkin, dia membayangkan konfigurasi politik baru ini adalh bagian dari yang dihalsilan kontradiksi dan konfigurasi sesuatu yang baru. Visi politik Butler strategi untuk menolak adalah sesalu waspada, ada bbrpa diksi dalam diskusi intinya adalah waspada.. bahwa dalam narasi seindah apapun kita harus waspada, bahkan terhadap komnas perepmuan, dan itu amat preventif dan spiritual, karena preventif itu sesuatu yang dilakukan dn tidak pernah tidur.

Kita menuju halaman terakakhir, saat ini melihat bahwa kita harus melakukan upaya kolektif yang terorganisir mengingat kekurangan-kekurangan itu,  Brown menyerukan politik perlawaanan adalah bertujuan utk berproses, utk mempertanyakan norma-norma politik bahkan sekalipun yang baik utk perempuan. Contohnya kereta utk perempuan, apakh itu suatu kebijakan yang “benar”?

Penciptaan ruang demokrasi adalah kontribusi untuk mengajarkan pada perempuan bahwa kita harus belajar bagaimana memiliki percakapan publik satu sama lain dan perempuan bisa berlatih untuk berdebat untuk visi kebaikan bersama, dengan perntnyaan apa yang saya inginkan untuk kita, brgkat dr identitas siapa saya? Mengenali diri perempuan, membongkar dirinya sendiri, utk membantu ia bagaimana dia memahami karir patriaki bahkan ada di dalm dirinya bahkan dipelihara dan dipertahankan, pengalaman patriarki yang di afirmasi oleh perempuan secara sadar atau tidak sadar adalah bagian terbaik untuk mengetahui konfigurasi resistensi hasil memeriksa diri perempuan bisa menntukan apakah ia harus merdeka atau tidak.

Nur             : mbak Dewi memberi angle yang agak berbeda dengan yang diberikan Walby, tapi malah mengayakan analisa dari patriarki itu sendiri, Walby membuat saklek pd segala kategori bidang tapi mbak Dewi membawa seolah-olah kembali kepada kita, ‘waspada’ tapi poinnya tetap sama yaitu jika Walby hanya waspada terhadap eksternal sementara mbak Dewi membawaya juga kedalam internal. Tapi itu yang menjadi power karir patriarki, mau dibikin tetap, berkembang tergantung tingkat kewaspadaan.. mungkin menarik jika kt denar angle dr mba ruahini..

Ruahini     : Assalammualaikum. Trimsakasih ada senior saya juga bu wahyuni.. kita gembira melihat perkembangan dan stamina teman-teman dalam menanggapi isu ini. Saya hampir agak frustasi sebenarnya, di thn 2007 sast gadenganet mulai booming, org2 tidak lagi berbicara tentang activism, kebetulan di 2005 saya di R.A saya tulis semua dsitu. Antusiasme saya apresiasi, tapi aktivis sudah jarang karena mahasiswa lbh suka bermain gadenganet. Maka Moto saya tidak pernah berubah yaitu activism and intellectualism. Menarik yang dia sampaikan Dewi. Sebenrnya begini.. awalnya harus merview buku ini, sebetulnya sya punya buku ini sejak 92, artinya buku ini mnjadii penting karena buku tentang teoritisasi feminis itu terheneti jg, mungkin tidak disadari. Karena bukan saja the body of political tapi juga publication is political, media is political dan lain-lain. Jadi percetakan seperti Jalsutra, Kompas juga politik.. Trimakasih kepada Jalasutra telah menerbitkan kemabali buku ini.

Buku ini mnjembatani beberapa hal, kritik terhadap waves of feminism yang itu sebetulnya adalah pendekatan modernis, nah yang disampaikan oleh mbak Dewi tadi td adalah pendekatan posmodernis, almdulillah.. saya pernah ketemu dengan orang-orangnya langsung. Ini persoalan awal-awal postmo dan postruk tahun ‘80an. Ada kesenjangan feminis di Indonesia setelah reformasi, itu mengapa  tidak ada lagi penulis yang aktif, mas Chris Budiman jg sudah mulai kelelahan karena jarang ada penerbit yang mau menerbitkan. Tapi jalasutara masih, saya sendiripun aktif dalam aktivisme, well, itu hal lain.

Bicara tentang Walby. Sebetulnya ada karya barunya yang saya akai utk disertasi, tapi ini merupakan satu awalnya. Karena saya menteorisasi apa yang dtulis Walby. Apa yang disampaikan Dewi sudah cukup jelas, Tapi saya ingin merangkum lagi apa yang disampaikan oleh Walby sebagai pencetus gender regime, meski kerangka teorinya saya lebih kuat, apa yang saya tulis lebih lengkap mungkin karena merupakan suatu teorisasi, karna itu masuk dalam desertasi saya sementara Walby hanya menulis paper. Saya ingin mendekati patriarki sebagai regime social, yang sebetulnya ini adalah embrionya, karena saya pakai buku ini dalam desertasi saya yang sekarang sedang dalam proses editing, judulnya “Rezim Gender Di Muhammadiyah”. Gender regime di Muhammadiyah (desertasi  saya). Apa yang iilustrasika Walby ini sbnernya kerangka teoritik desetasi saya jadi yang kita bicarakan sebenarnya menyangkut nilai. Gender regime sebgai aspek, saya rasa pendekatan regime adalah pendekatan gender yang baru, karena feminis sekarang alah fragmented feminis, wWalby mngenalkan tidak ada lagi wave feminisme, karena semuanya saling melengkapi, tidak ada perang seharusnya, dalam bhasa amin Abdullah itu adalh teintergrasi, interkneksi, klo bcara patriarki disitu ada basis nilai tertentu apapun sumbernya yang itu menggerakkan suatu visi, ada belief maka bagi saya being feminist bagian dari teologi saya, wong saya masuk islam karena feminis. Saya sdkit mencari, sy smpat tidak prcaya isalm, umur 13 tahun, saya sudah mempertanyakan kenapaa dalam al ikhlas tuhan td, diaktakan laki-laki? saat saya belajar postruk, di Australia, ada mata kuliah conselor in equality disitu saya mengenal cultural ideologi dan itu yang saya anggap sebagai jawaban dari dulu sejak saya kuliah di Pabelan. Saya malah tidak menemukan jawaban Tuhan di studi-studi islam, malah saya menemukan ketika saya belajar di Australia, jadi benar-benar feminisme adalah akidah saya bukan semata-mata saya mencari uang, itu yang disebut nilai. entitas budaya menciptakan suatu believe, patriarki itu sbnernya value, yang kemudian drived apa yang disebut dengan ideologi. Ada konseptualisasi yang dibangun dr nilai tertentu yang menjadi suatu gerakan kolektif apakah tu koersif atau powership tertentu, itu peran-peran menjadi sesuatu yitu dapt mnjadi sesuatu yang menyenagkan. Itu mengapa  Karl Marx mengatakan ideologi dan budaya adalah susatu yang ekstesi. Cuma dia terperangkap ektika mengkritik agama dia menciptakan suatu yang ekstisi juga, paradoksnya disitu.

Disini kt berbica ideplogi adlah bagaimana kt meyakini secara kalau bahasanya mbak Dewi tadi benar apa salah? Ini adalh search experience, sifatnya intersubyektif sharing, apakah agama intersubyektif sharing? Tapi saya prcya ktika sudah menjadi fenomena social itu sifatnya intersubyektif sharing. gender, ras, etnisitas, agama, semuanya adalah ideologi, dibalik itu ada nilai tertenu yang membangun, maka itu mnjadi hal yang intersubyektif. Jadi apa yang disebut ras, gender, adalah ideologi. Agama jg begitu, kan yang tahu hny allah. Nah selanjutnya Yang selanjutnya, bagaimana patriarki memahami masalah gender? Bagaiman patriarki bersimbiosis dengan kapitalisme? Ini persoalan bagaimana patriarki berpasangan dengan kapitalisme, pasangan yang paling abadi patriarki dan kapitalisme. Patriarki ini semacam regime yang bisa mengenai siapa saja. Di dalam patriarki peran-peran ideologi, muncul norma yaitu aturan yang diperlukan untuk tindakan kontrol, jadi sebetulnya norma adalah suatu proses memformulasikan nilai menjadi sebuah kontrol, pada tindakan-tindakan kolektif yang memunculkan visi, maka patriarki pada sisi norma, tidak saja mengontrol perempuan tapi juga laki-laki.

Suami sy dididik dalam tradisi yang rata2, maka sulitnya menangis luar bisa. Kenapaa susah bg laki-laki utk menangis? Ini yang dibilang mbak Dewi menjadi kontrol terhadap laki-laki jg. Lk2 dalam budaya patriarki dikontrol harus superman, memiliki dengan idealitas2 tertentu, misalnya harus memilii deposito pribadi, rumah pribadi, berbadan sic pack dll, maka laki-laki akan mudah tertekan karena idealitas-idealitas tersebut. Maka, patriarki juga membuat laki-laki tertekan, Sama dengan matriarki yang di dunia ini hanya ada 2 di dunia, yahudi dan suku di minangkabau.

Kita hidup dalam dunia yang liberal. Patriarki ini menggobal, ada gerakan yang mengglobalkan patriarki. Jadi ada norma disitu yang membakukan anda sebagai laki-laki ataupun perempuan kita semua menstruggling.

Berikutnya Struktur kekuasaan. Ada alur kekuasaan yang digunakan utk kontrol, inilah yang mnjadi ruh setiap archy ini,, matriarki, patriarki, ini yang disebut power nantinya. Power sendiri itu blending antara struktur, norma, nilai.. maka seksualitas adalh power bu nilai, ideoloan gy. Jadi ada satu struktur kekuasaan ttu, apakah satu struktur itu satu yang bersikap destruktif atau love? Inilah yang sbetulnya menciptakan hierarki social, jadi patriarki menciptakan suatu power dari nilai keunggulan maskulinitas yang mmbntuk hierarki, maka tulisan weber mengatakan patria adalah dewasa yang produktif. Tidak semua laki-laki itu patria, jika anda bukan seperti itu maka anda akan tersubordinate dalam sebuah regime patriarki. Jadi patriarki dalam regim social tidak identik pada salah satu gender, dia intersubjektif bg mereka yang memiliki kekuasaan. Ini yang memunculkan marginalisasi dan subordinasi. Sialkan ukur diri anda patria atau tidak?

Nah didalam struktur kekuasaan ini ada agency, subyek yang menjadi ppelaku utam dan ada broker. Yang menarik agency sekarang luar biasa kompleks, jadi siapa potential agent yang terkena patriarki? Bukan laki-laki lho tapi media, karena kt dikontrol media, dan tidak sadar. Kita ada dalam media driven life, kita memperdebatkan islam atau Kristen padahal ada agama yang lbh berbahaya yaitu agama popular (media). Kitab sucinya kotak televise yang berkhotbah sepanjang hari. Nah agency ini sebetulnya adalah the profetik message. Sy prnh mentraining pekerja media dengan materi gender, hasilnya para copywriter unilever itu mengesankan iklan2nya.. melalui ilustrasi2 yang tidak bias gender, tapi ada bbrapa iklan yang ditolak karena ilustrasi ibu menyetir (iklan pepsodent). Coba liaht semua sinetron kita, apalagi infotaimen. Mungkin ada generation lost maka hilangnya ideologi kesadaran gender. Nah agency mnjadi salah satu yang penting meski semuanya penting, brokernya itu biasanaya pada tingkatan meso bisa jadi perempuan sendiri, misal Muhammadiyah sudah memutuskan perempuan bs mengimami di dalam rumah yang mana malah ditolak sangat kuat oleh ibu2 aisyiah. Pdhal manhajnya gitu, nah ini artinya perempuan mnjadii agency yang potencial jg. Saya di pp Muhammadiyah sbg pengamat, sy bisa bicara dimuh tapi tidak bisa sisyiah, dan sebenarnya tidak hanya di dalam rumah tapi di amanpun tapi tidak direstui karena alasan2 menajga silaturahim dengan ormas2 lain.

Yang terakhir, yaitu relasi yaitu hubungan-hubungan, tadi mbak Dewi mengatakan ada situs, lokus, berlakunya rejim, ini yang menajadii pertanyaan kt, apakan feminisme mnjadii sesuatu yang universal? apakah Indonesiab bisa menteorisasi femnisme? ini mnjadi sesuatu yang komplek. Konteks  mnjadii sangat penting. Dalam teorisasi Walby ada yang sangat penting yaitu resources, entitas penopang beroperasi kekuasaan, ada yang disebut material, social, theology, cultural, academic resources. sperti adanya mode of production dalam marx yang sbnrnya adalah cultural, bukan ekonomis. Ekonomi emnjadi kapitalisme, agama menjadi teorasi, budaya mnjadi feodalisme, jenis kelamin menjadi seksualisme. Ini kerangka patriaki yang saat itu dikembangkan Walby.

Jadi ketika kt meliat buku ini, mereka sebenarnya bersepakat patriarki sbgai dominasi nilai struktur dan realasi yang mengunggulkan maskulinitas. Jadi, Maskulinitas selalu berubah konstruksinya, jadi maskulin mnjadii sesuatu yang konstruktif berarti ia kontekstual, maskulinitas di masa lalu berbeda dengan yang sekarang. Ini hanyalah intersubyektif. Maskulinitas di Jogja dan Jakarta jg berbeda, ada shared intersubyektiviti.

Perbedaan analsis dalam buku ini, sebetulnya adalah bagaimana mereka mmpertahankan ideologi, norma dan agency sedemikian rupa yang itu yang dikritik Walby yang dia lihat pd feminis liberal, marsxis, radikal dll. Termasuk ia mengintroduksi apa yang disebut dengan teori ganda dlsb, karena  Walby lahir di generasi postmodern, dia lebih structural drpd linguistic jadi dia lbh kepada posmo di dalam nalsisnya. feminis yang dia jelaskan disini bagaimana dia menghighlight atau membedakan manifestasi isunya, jadi kalau jadi kalau kt berbicara tentang manifestasi isu diskriminasi pasti punya feminis liberal, kekerasan perempuan itu basisnya radical feminism, semua crisis center dr radical feminism, seperti Rifka Annisa (meskipu temen-temen Rifka tidak tahu). Dan saya tidak masalah akan hal itu. Jadi sebenanrya marjinalisasi, subordinasi, itu urusan liberal feminis, menurut saya semuanya relevan tidak usah saling menafikan. Dan semua diperlukan, ibarat bikin baju semua analisis sperti pola, jadi ini hanya masalah relevansi.

Ada kekersan, hegemonic, powership, simbolic, yang disampaikan oleh mbak Dewi tadi bagaimana perempuan dikonstruksikan di iklan tadi yaitu adanya unsur kekerasan simbolik, itu pandangan radikal feminis. Nah, lalu ada perbedaan operasional kekuasaan, apakah kekausaan itu substantive atau simbolis? Dalam desertasi saya, ada highlight yang menarik yaitu adanya ada fragmented patriaki dalam budaya jawa. di jawa tidak ada patriarki tunggal, kalau mnggunakn feminis liberal ya, karena tidak ada hubungan badai antara patriarki dan kapitalisme, tidak ada kemesraan antara sector industry di sector publik karena industri itu berada di sector privat, dan ini tidak ada didalam literature kapitalisme barat. Maka teman saya yang seorang pastur terlihat iri, ia mengatakan pada kepada saya bahwa ketidaksetaraan dn seksisme adalah fenomena modern ktika terjadi konvergensi status maka di masyarakat di non industrial yang tidak kapitalistik apa yang disebut gender itu bersifat divergen, yaitu di laweyan misalnya perempuan tangganya ekonomi dan kekuasaan privat (domestic, bukan konsumsi tapi produksi), dan laki-laki adalah politik dan social. Perempuan tangganya ekonomi dan kekuasaan privat, domestic adalh diproduksion, laki-laki di wilayah politik, maka lahirnya syarekat islam itu disitu. Jadi ada simbisosis dan itu berbeda dengan Muhammadiyah yang patriarkinya bersifa konvergen. Jadi ada kekuasaan yang fragmented juga, misalnya patriarki dalam dunia priayi sbnrnya sangat trgntung pd sumber nilai yang dimiliki, jadi sumber nilai kepriyayian jawa adalh nasab (keturunan) bukan materi, cntoh peran kasultanan laweyan dan kasunanan. jadi dalam priyaya, patriarki yang kuat itu sesuatu yang diturunkan itulah yang kuat dalam sosiologi disebut absecaraibe dan inilah yang akan mewarnai patriarki. Siapa yang memiliki keturunan paling tinggi adalah ia yang memegang power yang memiliki hal itu, dalam buku handayani tidak benar bahwa patriarki memiliki konsep yang baku. Dalam dunia priyayi jadi presiden itu gak penting dan gak akan ada power. Makanya bu tien itu lebih tinggi daripada soeharto. Maka konsep kekuasaan dI jawa itu berbeda dengan yang dikatakan Boulderiad, bahwa kekuasaan yang nyata adalah kekuasaan on stage, di jawa itu siapa yang tinggi itu siapa dalangnya, analoginya adalah kekuasaan wayang, yang memeiliki kekuasaan itu adalah dalangnya bukan yang on stage.

Ada hal manrik. Persoalnanya dlh perbedaan konteks, apakh universalitas unisentrisme ini sah? Apa ada apsangan abadi antara kapitalisme dan feminisme sebagai agent of economy? Atau Kenapa feminisme mengglobal? tidak ada kaitanya feminisme dan mengglobal, jadi tidak ada ceritanya feminisme mengimpor diri ke Indonesianesia, tapi feminisme sebagai alat analisis ini bergerak sesuai dengan entitas yang dianalisis jadi persoalan universalitas unicentrisme itu karena ada globalisasi demokrasi sebagai proyek liberal, dimana proyek liberal itu equality and justice for all. Ia bergerak karena adanya wacana demokrasi, demokrasi adalah produk liberal, maka feminis liberal mau tidak mau ikut didalamnya, pdhl itu akan berbeda ketika dikontekskan. Itu makanya feminis marx jg relevan di Indonesianesia, karena kapitalisme jg mengekspansi di Indonesianesia, adanya kontekstualisasi. Lagian nggak mungkin tho aktivis buruh itu analisisnya kalau nggak pake marxis, mau pake islam ya nggak ketemu-ketemu, yaa boleh lah pertalian atara islam dan marxis tapi di aksiologinya aja bukan di epistemologinya.

Jadi demokrasi menciptakan dunia  publik dan privat, kapitalisme menciptakan dunia produksi dan reproduksi itu. Lalu bagaimana kita menggunakan analisis ini?

Semuanya jenis-jenis feminisme baik untuk dijadikan anailisis sesuai dengan kebutuhannya. Tool of analysis itu tidak perlu dipahami secara ideologi, anda menggunakan itu di dalam level aksiologi saja. Oleh karena itu menjadi relevan karena pdekatan Walby bukan waves of feminism tapi web of feminism, jaringan feminisme, maka itu menjadi sesuatu yang terintegrasi dan terinterkoneksi. Jadi menempatkan teori analisis dan membedah patriarki sesuai dengan mempertimbangkan kader konteksnya akan sangat penting, maka jadi sangat penting ‘waspada’ itu tadi, tidak perlu menjadi terlalu rigorous. Walby menggeser patriarki sbgai isu social daripada isu feminis, shg smkin memperkaya analisis terhadap patriarki. Buku ini sangat signifikan bagi pegiat isu ketidakadilan bukan hanya kalangan feminis, karena membahas kerangka teori yang cukup komprehensif meski belum cukup komprehensif dalam wacana konstruksi regime gender.

Nur               : Seperti yang sudah saya duga mbak ruhaini akan menambah kekayaan baru terhadap pengkayaan pembacaan atas Walby, sengaja jalasutra hanya berniat menyindir utk tulisan-tulisan yang lbh kritis lainya. Karena saya yakin mbak Dewi ataupun mbak ruhaini akan lebih canggih, contohnya mbak Dewi dengan buku ekofeminisme I dan II nya, mbak ruhaini juga akan menerbitkan buku regime gender Muhammadiyahnya. Nah Buku ini sendiri membantu kita utk menganalisis konteks gender di Indonesianesia, juga dalam kajian ketidakadilan dan kemanusiaan. Silakan kepada para penanya, kita buka sesi pertanyann..


(Pertanyaan)
Ana            : Assalammualaikum.. saya Ana dari S2 UGM, seperti yang saya duga, ini kali kedua saya bertemu dengan ibu Ruhaini dan anda tetap luar biasa. Sepertinya saya mulai in the beginning of love utk mbak Dewi, saya sangat tertarik pada statement anda waspada, dalam mmbhas gender dn patriarki, pmahaman saya yang mash cetek dalam memahami being male and feamale yang saya pahami adalah proses belajar, maka saya tertarik ketika mbak Dewi mengatakan harus dalam posisi yang waspada, kalau dalam proses belajarnya tadi tidak membawa baik perempuan dan laki-laki dalam waspada tersebut apa tidak mmbahayakan si perempuan ataupun laki-laki? Karena kebetulan tesis saya mengenai gerakan perempuan di aceh pasca konflik di aceh, saya melihat perempuan tidak memiliki capability utk mnjadi waspada? Bagaimana mnjadii waspada dalam konteks menjadi perempuan dn lk2 itu sendiri?

Ahmad    : Assalam.. saya Ahmad dari Rumah Baca Komunitas, teringat kembali perdebatan munir mulkhan dan bu siti mengenai gender di UGM dulu, jadi bu, dalam konteks sekarang regis gender itu terjadi, ketidakadilan itu msh terjadi baik di kalangan Muhammadiyah, NA, ‘Aisyiah dan ortom lainnya, saya merasa ada kebingungan atau tidak ada pintu utk menjemput kesetaraan di Muhammadiyah, saya ingin menanyakan kepada bu siti, strategi apa yang disiapkan teman-teman Muhammadiyah menjelang muktamar di Makassar nanti. Mbak Dewi, saya tertarik dengan data di jurnal perempuan, dari data-data yang mbak Dewi sampaikan artinya patriarki msh berkuasa di hadapan laki-laki ataupun perempuan. Contohnya saya sendiri, tidak jarang saya disepelekan, dan mndpt diskriminasi ketika berjalan saya melenggok, entah di masyarakat umum dan di kampus. Saya bertnya patriarki bkn hny di kalangan kelas bawah tapi jg di kampus, sbgai akademisi di UMS, apa strategi mbak Dewi utk mengatasi itu? saya kira bukan hanya tulisan yang dikonsumsi kalangan tertentu tapi semua kalangan, sehingga kita semua terbuka pikirannya.

Diana               : senang melihat bu siti ruhaini. Saya dari relawan rifka annisa. Saya juga senang berjumpa dengan bu Dewi, Saya suka dengan edisi jurnal perempuan mengenai agama dan seksualitas, saya mengalami kebingungan ketika Dewi berkata digerbong perempuan kt juga harus waspada, kenapaa kt musti waspada di gerbong perempuan? Kt tidak bs mmberi batasan kebebasan perempuan. Tentang media, fakta menarik dalam psikologi perempuan tampil cantik karena persaingan diantara perempuan. Jadi, bagaimaan cara mendobrak pemikiran sperti itu dengan adanya sikap permisif dari perempuan itu sendiri, bahwa perempuan malah marasa dilindungi?

Acu            : selamat siang.. saya acu dari KPI cab. Sumenep. Ada tiga hal yang saya mau sharing, pertama, saya mndpt gugatan dr aktivis KMPI, siapa yang bertggjawab ata adanya gender? karena menurut mereka bnhyk korban atas kajian gender, misal bnyak yang cerai karena alasan gender. Saya mencoba berefleksi bahwa ada smacam keterputusandisini seolah-olah ketika analisis gender itu booming sekitar awal 90an itu terputus dan dianggap semua org paham, saya hanya berpikir bahwa mahasiswa itu tidak paham, saya hanya katakan ita butuh training khusus karena ruang diskusi dan seminar tidaklah cukup. Gender yang dipahami tidak secara kaffah, kritik saya terhadap aktivis mahasiswa agar mengkaffahkan dalam memahami gender, kesalahan dia karena gender yang lebih parah karena dia tahu gender. Ini mungkin evaluasi, bagaimana ini mnjadi refleksi kita bersama, bagaimana kesinambungan training gender. Kedua sya ingin sharing tentang uin suka, saya kecewa disini ketika sya melanjutkan lagi ternyata wacana2 spperti lagib, sogib, yang disini katanyasudah inklusif, ternyata tidak demikian. Kebetulan tesis saya tentang lesbian. Niat saya mengangkat itu targetnya hanya untuk mewacanakan itu. Dan saya dikonsleing hanya dikasih teori-teori klasik. Yang ketiga, di halamna dua tadi diaktakn mbak Dewi tentang konsep patriarki Walby bahwa heteroseksual di rumah tangga, pdhal tidak hanya di hetero tapi di homo juga, dan mereka juga mengalami kekerasan seperti kekerasan ekonomi dan lain-lain. Nah, mungkin Walby tidak melakukan penelitian di wilayah homosekseual.

Putri                : terimakasih.. saya perempuan mahardika. Saya sangat tertarik dr teorisasi ini, Walby mncoba menggabungkan analisa patriarkis dan kapitalisme sangat penting karena landasan organ saya dilandasi atas dasAr itu. Ada dua contoh kasus yang ingn sy angkat. Ada hal yang diperdebatkan ktika kt ingin menggabungkan analisa tentang patriarki dan kapitalisme, 1. Kasus tentang kontroversi miss universe, dr aspek pemahamanterhadap bagaimana patriarki dn kapitalis menindas perempuan, ketika kita berbisacara tentang kontes kecantikan, bagaimana kedua pembicara mlihat ini? Karena Ktika brbicara tentang perlawanan kepada patriarki asslh satu poinnya bagaimana perempuan harus pnyaakses lbh banya ke ruang publik? tapi disitu juga ada standardisasi tertentu, ini kan ambigu, wanita go public tapi menuntut harus cantik dan konstruksi-konstruksi lainnya? Jadi tetap ada kontrol terhadap tubuh perempuan disitu. Yang kedua adalah fenomena tentang JK yang mengusulkan tentang pengurangan jam kerja. Okay, itu bukan solusi tapi perjuangan ini adalah yang dipelopori oleh buruh perempuan sejak dulu, perlawanan terhadap kapitalsimw ada di situ, tapi kita tahu bahwa alasan JK itu lebih ke ingin mendomestifikasi peran perempuan sebagai makhluk bervagina. Jadi, bagaiman penperan-peran dari pembicara tentang fenomena tersebut?

(Jawaban)
Dewi               : Saya kira teman-teman semua disini juga narasumber bagi saya karena saya juga bukalah yang tahu segala-galanya. Kita lihat dari mba Ana pertama, apa itu vigilance? Sebenarnya Itu kan teori kritis ya jika diturut, ujung-ujungnya yang dimaksud disitu ada kata ‘adil’, kalau belum ada ya kita harus waspada dan selalu kritis. Suatu diskursus itu dibentuk atas konteks tesis antithesis sintesa itu dia seperti bluer .. ada bnyk green ideologi, bnyk meneliti iklan hijau ternyata apakah disitu ada hiaju? iklan TV itu tidak benar2 hiajau dan dsitu proses domestifikasinya kental sekali, misal iklan kulkas itu yang mengoperasikan perempuan, proses penciptaan kebutuhan baru masih adakah adil? Menjadi waspada itu terus, bukan kalau udah selesai ya selesai. Kenapa mesin politik macet? Karena parpol menolak parpol Indonesianesia sangat patriarkis.megawati itu semata2 karena keturunan.

Berikutnya pertanyaan mas Ahmad, kita semua pnya kapabilitas yang spesifik, sy tidak bs mengklaim saya bisa segalanya kita punya tugas yang berbeda2 yang bisa kt maksimalkan, kt pnya strategi masing2.

Lalu pertanyaan dari Diana tentang gerbong perempuan. Jika kita berpikir tentang tanggungjawab dar kaidah-kaidah ilmiah yang pertama adalah memformulasi pertanyaan, misalanya gerbong perempuan, jk kt mangani kasus pelecehan seksusal , yang pake rok mini disalah2kan, itu hanyalah isu, tetapi apa akarnya? Saya tidak mengatakan bahwa gerbong perempuan ituu salah, tapi itu memadai. Selama ini korban yang selalu diatur dulu. Gradasi-gradasi mencari akar seperti ini sering kita tergesa, aparat negara tidak mengerti akarnya dari apa? Misalnya karena budgeting, aparat tidak ada mainstreaming gender, akarnya adalah kosmologi, cara pandang kita terhadap sesuatu. Apa yang bisa mengubah? Pendidikan.itu pula yang melahirkan sktr 348 (komnas peremuan) yang berbasis analisis yang belum selesai (bukan berbasis syariah). Kalau anda membuntuti perjalanan hidup perempuan anda akan mengetahui bahwa sexism itu subur di keseharian kita. Kemudian persaingan antar perempuan. Pertanyaan mbak Putri kemudia jadi nyambung. Jadi benar miss-miss itu adalah satu konsolidasi antar kapitalisme dan konsumerisme, tapi kt tidak bs menafikan bahwa ada perempuan yang merayakan tubuhnya, celebration of body, jadi ada sebuah fase seorang berdandan karena ingin bersaing dan ada jg yang melampaui itu karena saya ingin indah, proporsional, karenaa saya ingin sehat, jadi kita harus menelisik motif, dalam teori kritis, segala yang dilakuakn itu harus dilacak apa motifnya. Standarisasi kecantikan itu satu standard tertentu, saya ingin standard ini misalnya, ketika di konteskan, yang dikonteskan mereka ada macam motif2 yang bermacam itu yang disebut sebagai negosiasi, jadi dia mengendarai dirinya, tidak dikendarai, analisis ini masuk, ini fakta.

Pertanyaan terakhir, saya buka bukunya Walby, itu ada tentang lesbianism. Seharusnya dia sensitive. Contoh: saya kadang tidak mampu menulis maka saya melukis contohnya menulis korban-korban perkosaan dengan warna-warna, karena advokasi harus sensitive. Di dalam term juga ada spirit yang universal, karena sya org bahasa jadi saya suka melacak jejak2 bahasa, bagi saya bahasa itu setara, misal bicara tentang jawa, Eropa, dll diSitu ada jejak dr yang lain, bahasa itu tidak ada yang lebih tinggi atau rendah, maka saya hanya percaya pada lokus dan situs.

Ruhaini            : Sedikit tentang masalah vigilence. Saya ingin sedikit mengingatkan, kalau bicara sebuah konsep maka skopenya luas, di tingkat meso, makro, mikro, kita hidup disitu, masing-masing dar kita bisa melakukan intersubyektif konsep di tingkat makro tapi belum tentu di tingkat makro. Karena kesadaran kita dibentuk oleh sesuatu, kalau menurut Manheim kan sperti itu, kesadaran dibentuk oleh experience, meski hegel berkata lain tapi kit abs melihatnya bahwaa kesadarn diwadahi oleh peran-peran yang berbedea. Nah kesadaran saya terhadap ketidakadilan tentu akan saya share indikasinya apa, sekali lagi saya sepakat dengan Dewi, signifiernya bisa berbeda bisa berubah, saya kira itu yang penting, dalam postruk kan berarti kita melacak mind, yang dalam permukaannya itu disebut motif  tapi apa itu motif intrinsic atau ekstrinsik? Tapi ini hanya level berlabuh dimanakah kita dalam berbicara? Misal saya berbicara istri boleh mengimami di rumah, secara makro mungkin bisa tapi secara mikro tidak bisa atau sulit. Apa saya tidak konsisten? Kosisten itu kan arbitrasi sekali. Itulah sumber nilai yang tidak terbantahkan, sy mendalami itu betul. Masalahnya ketika motif itu diambil secara unconsciousness. Misal persoaln miss-miss.. saling ada pertentangan, maka solusinya adalah intersubyektivity shared dengan cara dialog, bahwaa ini ada suatu nilai ttu yang mendegradasi suatu nilai yang mereka sebut di kapitalisme. Persoalan mis world akarnya adalah kapitalisme. Kapitalisme harusnya menjadai common enemy, sesuatu yang mendegradasi nilai, nilai freedom of expression dll. (pertanyaan mbak Putri). Sama halnya ketika kita membahas masalah prostitusi. Liberal feminis mngatakan tu dalah hak bekerja, terserah mau kerja pake vagina atau alat apapun, ia mngatakna itu fundamental freedom, maka ecofeminis liberal menuntut itu harus diakui ngara, tapi liberal feminis mengatak “tidak” karena memindahka dr komoditas ke nilai,  itu adalah sebuah sesuatu yang sistemik yang perempuan ada didalamnya. Anyway ada persoalan mendasar disitu, trafficking misalnya, voluntary prostitution itu tidak ada yang sukarela mnrut liberal feminism makan muncul global coalition against trafficking of women di tingkat global, meskipun pandangan berbeda antara feminist tapi mereka ttapi mengatasi dengan cara msing-masing.

Pertanyaan Ahmad tentang Muhammadiyah, gimana? Susah karena backbonenya Muhammadiyah itu priyayi, jadi Kauman itu berbeda dengan laweyan, status social itu konvergen dan yang mendikte itu kerajaan. Membayangkan Muhammadiyah memiliki equal partnership berarti harus mengubah backbonenya, padahal 87% orang Muhammadiyah adalah instrumentalist bukan substansialist, artinya mereka tidak menangkap substansi dari Muhammadiyah tapi hanya menirunya, padahal Ahmada Dahlan itu berangkat dari apa? Islam berkemajuan? Berarti tidak boleh terhenti, itu substansinya ya kalau berhenti namanya bukan gerakan Islam berkemajuan. Maka susah, Muhammadiyah hanya sampai senior junior partnership dengan backbone yang seperti ini. Muhammadiyah tidak akan menjadi seperti SI, bukan gerakan islam berkemajuan. Katanya di Mukatamarnya itu Muhammadiyah melintasi zaman? Apa yang mau dilintasi? Kecuali gedung-gedungnya yang mewah. Maka saya banyak protes, sebetulnya kalau dibilang Muhammadiyah perempuan tidak bisa mengimami, itu bukan bagian dari manhajmu. Sampai kepada bu Hamamah saya bilang, kalau bukan keluar dari mulut anda tidak mungkin Muhammadiyah mengeluarkan pemimpin perempuan di 13 formatur Muhammadiyah. Saya mengadvokasi ini di Muhammadiyah. Kalau mau kita geser backbonenya Muhammadiyah, kalau bisa kita geser.

Yang terakhir, JK, ada distorsi disitu, begini sebetulnya. Ini bagian dari tuntutan temen-temen juga tapi bagian dari gender mainstreaming, maunya Cuma mencapai gender praktis tidak sampai strategis. Itulah mengapa perempuan dikasih kelonggaraN karena perannya berbeda dengan laki-laki, bagi saya tidak masalah karena tujuannya gender praksis, kalau perkara stereotip ya harusnya kita bicarakan saja. Walby menulis EU gender policy, ini yang menarik: dunia ini bergeser, saya menulis tentang quovadis feminisme, apa yang dibilang Emma Watson: he for she, yang kedua resolution of protection of family supporternya OIC, Rusia, Cina, dan .. dan EU mau ini, ada sesuatu yang bergeser, dunia mulai bergeser kepada keutuhan keluarga lagi. Walby sendiri adalah salah satu orang yang merespon ini. Jadi beberapa negara di eropa, skandinavia, dll,, mereka emmeiliki policy tentang work itu. Caranya? Jam itu menjadi lbh fleksibel, tidak bekerja berdasarkan kehadiran tapi outapiut, merea ada fleksibilitas jam kerja jam 8 atau jam 10, dan suaminya boleh memilih. Dikatakan yang jam 8 masuk gak ngurus apa2 domestik, tapi ngurus makan malam dll, begitupun sebaliknya. Kjnapa demikian? Persoalan efektivitas ini menyebabkan kebahagiaan org barat terduksi. Dan Indonesianesia tidak buruk2 amat happinessnya karenaa faktor cuacanya.

Sekali lagi sebgai penutup, itu yang ditawrkan Walby dalam buku ini, ia mengatakan bahwa apakah itu situs, konsiusness semuanya itu konstruktif,dan satu yang menarik itu contested, jadi kalau kita melarang miss universe, ya kita konteskan aja biar semua menolak smpai mencapai titik dimana itu dioalrang nnti. Ini yang mnurnya konsiousness, contested.. kalau itu belum tercapai maari memakai cara2 yang bs lebih dikonteskan.

Sekian..


Nur                  : Baiklah, karena waktunya sudah lebih dari yang semestinya, maka mungin cukup sekian diskus kita pada kesempatan kali ini, semoga membawa manfaat. Ohya.. Kami menerbitkan seri buku macam2.. kami mhn maaf jika ada ketidaknyamanan dalam penerjemahan di jalasutra. Kesadaran tentang keadilan gender mmg harus diperjuangkan. Dan kami menyadari perjuangan memerlukan buku. Wassalam..

You Might Also Like

0 komentar

Google+ Followers

Hubungi Kami

Nama

Email *

Pesan *