Judul Buku : Aleniasi, Sebuah Pengantar Komprehensif Penulis : Richard Schact Penerbit : Jalasutra, Yogyakarta Cetakan : kedua, 2012 Tebal : 432 halaman Harga : Rp. 70.000,- ISBN : 979-3-684-35-6 |
Ketika kita mendengar kata “Alienasi”, barangkali yang ada di benak kita adalah pengasingan atau keterasingan. Dewasa ini kata alienasi memang banyak dikutip beberapa tokoh terkemuka seamsal Karl Marx, Erich Fromm, Jean-Paul Sartre, dan Paul Tillich. Alienasi memelanting jauh saat didedahkan dalam pelbagai jurusan keilmuan; psikologi/psikoanalisis, sosiologi, filsafat, politik, simpul keagamaan dan lainnya. Namun sayangnya, pemaknaan alienasi yang dijabarkan mereka terlalu sempit, sebatas proses penyendirian yang berpeyorasi negatif. Padahal alienasi sendiri sejatinya memiliki sejarah dan makna yang luas. Dari kegelisahan inilah Richard lantas menulis buku bertajuk “Alienasi” ini sebagai karya disertasinya.
Dalam hal ini Richard memakai analisis historis dan semantic, didukung dengan kajian filologi lainnya. Pantauan Richard sekaligus menaja kesalahpahaman beberapa tokoh yang cenderung memakai kata alienasi asal-asalan. Dilihat dari sejarahnya, kata alienasi diadaptasi dari serapan bahasa Inggris Alienation yang sudah digunakan pada Middle English (abad 12-15). Adapun dalam bahasa Jerman, sepadan dengan entfremdung yang ditemukan pada bahasa Middle High German, yang digunakan di Jerman Tengah dan Selatan pada interval tahun 1100 sampai 1500. Bahasa Old French atau Prancis kuno juga telah mengenal kata alienasi. Dan benang merah alienasi sejatinya menginduk kata dari bahasa latin klasik.
Dalam mukadimahnya, Richard mengelaborasi makna terminologi dari alienasi kedalam tiga bagian. Pertama, berarti peralihan kepemilikan, memindah tangankan sesuatu kepada orang lain. Kedua, berarti keadaan tidak sadar dan kelumpuhan atau kehilangan indra atau kekuatan mental yang dialami seseorang. Makna ini berasal dari logat Middle English, yaitu alienatio mentis. Dan ketiga, yakni berupa alienasi antar personal. Yang terakhir ini adalah proses yang menjadikan hubungan hangat dengan seseorang menjadi dingin, menjadikan perpisahan atau menyebabkan seseorang tidak disukai.
Selanjutnya, dalam pelacakan Richard, tokoh pelopor yang mulai memakai alienasi dengan penekanan arti tertentu adalah Hegel. Tokoh filsafat Jerman ini mengamini istilah alienasi dalam teologi, yakni pada saat mengungkapkan keterasingan manusia dari Tuhan. Hal ini muncul dalam usaha Hegel mendiskripsikan Gereja sebagai kekuatan yang otoriter dan dogmatis yang telah menyebabkan manusia tercerabut dari kebebasannya. Padahal manusia itu otentik. Dalam ranah inilah, manusia merasa terasing, teralienasi bahkan dari Tuhan itu sendiri.
Gerak-gerik Hegel ini sekaligus menandai seputra permasalahan kehidupan manusia dan alam. Ketika kehidupan tercerabut dari roh (esensi/jiwa) maka ruang batin pun akan hinggap pada kesendirian yang dirupa sebagai alienasi (hlm. 29-32). Secara garis besarnya, Hegel memaknai alienasi kedalam dua pengertian; pertama, alienasi sebagai hubungan yang mengandung keterpisahan dan pertentangan. Atau tercerabutnya diri dari substansi sosial. Hubungan keduanya adalah kesatuan yang lengkap dan langsung. Sedangkan yang kedua, upaya penyerahan diri seutuhnya atas sebagai wujud partisipasi untuk mengatasi alienasi. Bagi Richard pemaknaan ini memelanting pada kejumudan tafsir.
Selanjutnya, Richard mengelaborasi kesalahan Karl Marx yang begitu kukuh memopulerkan istilah alienasi dalam jargon teori ekonominya. Marx mengamini dua makna alienasi seperti yang dikemukakan Hegel. Kendatipun demikian, Marx tidak sependapat dengan Hegel dalam proses tersebut. Marx berangkat dari proposisi tentang karakteristik produksi, natur pekerjaan, manusia sebagai makhluk sosial dan inderawi. Bagi Marx, “keterasingan” adalah hasil dari “penyerahan”. Orang merasa terasing setelah ia mengorabankan atau menyerahkan realitas humanitasnya kepada substansi lain. Titik rancu inilah yang menjadi biang kegagalan Marx dalam menyelaraskan pengertian Hegel (hlm. 110-114).
Saya sepakat dengan apa yang diungkap dalam sinopsis, buku ini memang menjadi referensi paling komprehensif ihwal seluk-beluk kata alienasi berbahasa Indonesia. Buku ini menawarkan keseriusan penulisnya dalam mengkaji penafsiran yang salah dicerna oleh masyarakat. Dengan kata lain, ikhtiar buku ini hendak meruwat bagaimana sebaiknya kata alienasi tak melulu dijerumuskan pada elegi yang semu.
Muhammad Bagus Irawan, peneliti Idea Studies IAIN Walisongo Semarang.
dirilis Jateng Post, 22 Juli 2012.